Pamanku Kesalahanku

Bantu Aku Menyembunyikan Mayatku 



Bantu Aku Menyembunyikan Mayatku 

Tanpa perlu dipikir lebih jauh, Latiao sudah tahu dalang penculikan ini!     

Ya, siapa sosok yang sangat takut pada Latiao?     

Siapa yang tidak sabar menunggu kematian Latiao?     

Siapa yang tidak ingin rahasia paling kotor yang tersembunyi di hatinya terungkap?     

Latiao hanya mencibir dalam hati. Ia memang sengaja menuntun si dalang untuk melakukan ini. Ternyata benar, si dalang... tidak tahan lagi untuk menangkapnya!     

Hanya saja Latiao tidak menyangka bahwa, si dalang itu setakut ini padanya.      

Si dalang sangat takut padanya, sampai percaya pada cara semu semacam ini. Apalagi, orang itu juga tidak akan melepaskan jiwa Latiao.      

Pikiran ini benar-benar ganas dan seram sampai ke tingkat ekstrem.     

Padahal Latiao masih kecil, bisa-bisanya si dalang melakukan ini padanya!     

Sungguh, si dalang ini tidak takut dengan karma!     

Saat ini, tubuh Latiao diikat dengan sangat erat. Tubuhnya pun sekarang sudah agak mati rasa. Di ruang bawah tanah yang gelap dan lembab, cahaya yang masuk ke dalam pun tidak banyak menerangi sisi-sisi ruangan ini!     

Lingkungannya sangat sunyi, sangat dingin karena berada di bawah tanah. Latiao hanya bisa mendengar nafasnya sendiri, dan suara decitan tikus yang berlarian di sudut ruangan!     

Situasi ini terus saja tidak bersahabat baginya. Si dalang tidak menggunakannya untuk mengancam Xie Xize, ataupun untuk mengancam Mo Yangyang. Ya, ia hanya ingin membunuhnya…     

Alasan si dalang tidak segera membunuh Latiao segera setelah menangkapnya… mungkin karena orang ini sedang mempersiapkan hal-hal ini.     

Latiao sangat tenang, ia hanya menghitung waktu!     

Waktu penculikannya adalah pukul 7 lebih beberapa menit. Si penculik telah merencanakan dengan hati-hati, yakni membiarkan Latiao masuk ke mobil yang pergi ke Kota Xia dulu. Setelahnya, ia baru membawanya kembali ke Jinchuan.      

Setelah masuk ke Jinchuan, para pelaku segera berpindah ke mobil lainnya, dan barulah Latiao dibawa ke sini.      

Tetapi setelah mengikatnya, si penculik masih tidak bertindak. Mereka masih menunggu sampai sekarang!     

Kelihatannya, mereka masih melakukan beberapa ritual. Mereka akan mulai membunuhnya jam 12 malam.     

Walau demikian, waktu berjalan dengan sangat cepat….     

Tengah malam semakin dekat, entah sekedar latihan atau sudah melakukan ritual pengorbanan. Namun satu hal yang pasti, waktu kematiannya telah dipersiapkan sebentar lagi!     

Benar saja, tidak menunggu terlalu lama.      

Latiao mendengar suara derit keras. Pintu masuk ke ruang bawah tanah ini pun terbuka!     

Seberkas cahaya bersinar ke ruang bawah tanah!     

Latiao mendengar langkah kaki dua orang.      

Setelah beberapa saat, wajah garang muncul di depan Latiao.     

Orang di sebelah adalah penculik berwajah garang dan dia mengeluarkan sebuah pisau, "Kakak, sudah waktunya."     

Mata Latiao yang jernih dan bersih seperti permata paling mempesona di dunia pun, tidak menangis atau membuat masalah saat melihat perawakan penculik itu. Wajah kecilnya hanya membeku biru dan ungu. Ya, matanya yang tenang hanya menatap ke arah penculik berwajah garang ini!     

Kemudian, Latiao tiba-tiba tersenyum pada penculik itu dan menunjukkan gigi-gigi putihnya.      

Senyum anak itu hangat dan cerah, seolah-olah sinar matahari yang hangat setelah awal musim semi. Senyuman itu seolah bisa langsung menyelimuti musim dingin yang panjang!     

Bahkan orang yang paling kejam pun tidak bisa menahan diri untuk tidak tercengang melihat senyuman ini.      

Akan tetapi, orang di sebelah penculik berwajah garang itu mendesak, "Kak, jika kamu melewatkan waktunya, majikan tidak akan memberimu uang!"     

Penculik berwajah garang itu kembali sadar dan menggenggam erat pisau tajam itu dengan dingin.     

Setelah itu penculik berwajah garang ini pun berkata, "Anak kecil, aku juga tidak ingin membunuhmu. Jadi, jangan salahkan kami. Jika kamu ingin menyalahkan, salahkan saja dirimu karena menyinggung orang yang seharusnya tidak boleh disinggung!"     

Latiao mengangguk lalu berkata dengan senyum manis, "Aku tidak menyalahkanmu, ini karena aku sedang sial. Paman masihlah orang baik. Dalam perjalanan kembali ke kota, kamu bahkan membiarkanku makan sesuatu!"     

Tangan penculik berwajah garang yang memegang pisau itu gemetar, walau tidak terlihat jelas di mata Latiao.     

Ini mungkin pertama kalinya dalam hidup ada seseorang yang bilang bahwa dirinya adalah orang baik!     

Latiao menghela napas, "Hei, ini sangat merepotkan. Bisakah paman mengabulkan permintaanku sebelum aku mati?"     

Sayangnya, orang di sebelah penculik itu mendesak lagi, "Kak, berhentilah berbicara omong kosong dengan anak ini."     

Penculik berwajah garang itu mempersilakan, "Katakan…."     

Latiao pun menyampaikannya, "Setelah aku mati, yang paling mengkhawatirkanku adalah mamaku. Dia pasti akan sedih setengah mati. Jadi, lebih baik jangan biarkan dia menemukan mayatku. Anggap saja aku hilang. Bagaimanapun, pikirkanlah caranya. Paman bisa membantuku menyembunyikan mayatku, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.